BANDUNG, KOMPAS.com - Dinas Sosial bekerjasama dengan Disdukcapil Kota Bandung melakukan pengecekan biometric terhadap sejumlah PMKS, gelandangan, ODGJ, anak hingga lansia terlantar yang berada di UPTD Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Bandung.
Pelacakan identitas ini merupakan upaya Dinas Sosial untuk mencari asal usul PMKS tersebut dengan cara memindai sidik jari hingga retina.Â
Pada prakteknya, berbekal alat pemindai sidik jari dan retina, petugas Disdukcapil melakukan jemput bola, mendatangi satu persatu PMKS yang berada di rumah singgah tersebut.
Bagi PMKS yang terlihat sehat, mereka mendatangi ruangan yang disediakan untuk pengecekan biometrik, namun bagi mereka yang susah untuk bergerak seperti lansia terlantar, petugas mendatangi langsung ke ruangan PMKS tersebut.
Namun karena, di lokasi rumah singgah terkendala jaringan internet dan koneksi server Disdukcapil, maka petugas menggunakan jaringan internet dari sinyal ponselnya sebagai ganti jaringan.
Beberapa kali, kendala sinyal ini sempat terganggu ketika memasuki ruangan PMKS, sehingga pemindaian tak dapat dilakukan didalam ruangan melainkan didepan pintu ruangan. Petugas Dinsos terpaksa mendorong tempat tidur lansia terlantar keluar ruangan untuk pemindaian lebih lanjut.
Bagi PMKS yang memiliki identitas diri, perangkat komputer akan mendeteksi langsung data dirinya, namun tak sedikit pula mereka yang tak terdeteksi.
Pengecekan biometrik ini merupakan salah satu metode untuk mencari petunjuk asal usul PMKS terlantar, bagi yang terdata nantinya Dinsos kota Bandung akan mengembalikan mereka kepada keluarganya.
Saat ini ini ada sekitar 32 PMKS yang tinggal di rumah singgah itu, jumlah tersebut bersifat fluktuatif karena sewaktu-waktu bisa berubah lantaran ada yang keluar dikembalikan ke keluarganya, meninggal, ataupun masuk.
Meski begitu tak sedikit juga PMKS yang tinggal hingga meninggal karena tak diketahui asal usulnya, Dinsos mencatat, tahun lalu ada sekitar 22 orang yang meninggal.