KOMPAS.com - Gunungan dari berbagai hasil bumi yang disusun menyerupai sebuah gunung berjejer rapi dan bersiap untuk diarak.
Setelah pembacaan doa, Wakil Bupati Pekalongan, Riswadi mengangkat bendera sebagai simbol diberangkatkannya kirab gunungan dari lapangan hingga ke obyek wisata Linggoasri, Kabupaten Pekalongan.
Ribuan warga terlihat antusias kirab gunungan, sambil mengangkat gawai mereka untuk mengabadikan momen tradisi arak-arakan gunungan.
Tidak hanya gunungan, suasana pun semakin meriah dengan berbagai kesenian lokal yang mengiringi kirab tersebut.
Bupati Pekalongan, Fadia A Rafiq menyambut suguhan kirab gunungan di obyek wisata Linggoasri sebagai tempat akhir kirab.
"Alhamdulillah tahun ini akhirnya kita bisa kembali mengadakan tradisi syawal Gunungan Megono setelah dua tahun ditiadakan karena pandemi Covid-19, melihat situasi sudah kondusif dan presiden pun sudah memperbolehkan untuk mudik, yang terpenting masyarakat Kabupaten Pekalongan sudah divaksin," tutur Bupati Pekalongan Fadia A Rafiq pada Tribunjatang.com.
Lebih lanjut, tradisi ini menjadi wujud syukur kita atas hasil bumi yang ada dan juga pandemi Covid-19 yang sudah melandai.
"Kegiatan ini dipersiapkan hanya dalam dua hari, saya bersyukur semua berjalan dengan baik dan masyarakat juga antusiasnya tinggi, ke depan yang pasti akan lebih baik lagi," tuturnya.
Terdapat 19 gunungan hasil bumi dari 19 kecamatan di Kabupaten Pekalongan.
Sebelum pandemi, tradisi tahunan ini biasanya digelar tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri.
Warga yang menyaksikan dengan lalu saling adu cepat mengambil gunungan-gunungan hasil bumi.
Riuh gemuruh mengiringi perebutan gunungan hasil bumi.
Mereka percaya, dengan mengambil hasil bumi dari gunungan itu akan membawa berkah.
Salah satunya adalah Tony, warga Wiradesa yang sengaja datang untuk ngalap keberkahan dari gunungan megono.
"Saya ajak anak dan istri, sengaja datang lebih awal tadi jam setengah 8 pagi, alhamdulillah bisa dapat ini ada nanas, tomat, sayuran, lumayan tadi berebut dengan warga lainnya tapi keseruannya disitu," tuturnya dikutip dari Tribunjateng.com.
Tony yang merupakan warga asli Kabupaten Pekalongan itu mengaku selalu datang saat tradisi ini.
"Setiap tahun datang sekalian untuk hiburan anak dan istri, senang ya akhirnya tahun ini bisa digelar karena dua tahun tidak ada karena pandemi, semoga kegiatan tradisi seperti ini bisa terus diadakan lagi ke depannya," pungkasnya.