SLEMAN, KOMPAS.com - Dampak dari erupsi Gunung Merapi beberapa tahun terakhir, menjadikan endapan material vulkanik makin menumpuk, dengan resiko terburuk adalah banjir lahar dingin melalui sungai yang melintas di pemukiman sekitar gunung menuju pantai Selatan.
Antisipasi kondisi terburuk, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Lokal Sleman Utara, mengaktifkan kembali Radio Pancar Ulang (RPU) sebagai bentuk kesiapsiagaan atas segala dampak Gunung Merapi, dengan kanal komunikasi yang bisa diakses masyarakat luas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (BPBD) Kabupaten Sleman, Marwan menyampaikan, kondisi mengkhawatirkan bisa terjadi sewaktu-waktu.
"Pada musim hujan, potensi banjir lahar makin meningkat. Endapan material vulkanik di lereng sisi tenggara Merapi mencapai 2,8 juta meter kubik, sedangkan sisi barat daya 1,6 juta meter kubik," jelas Marwan beberapa waktu lalu.
Untuk itu RAPI Lokal Sleman Utara, melalui Ketuanya Kartono, pada Senin 15 November 2021, menyatakan siap dalam memberikan dukungan komunikasi melalui RPU jika kondisi terburuk dari dampak Gunung Merapi, terutama banjir lahar dingin yang menuju ke arah Kota Yogyakarta dan Bantul.
"Kami sudah tambah 1 RPU sebagai kanal informasi melalui frekuensi VHF, sehingga saat ini ada 2 RPU yang bisa diakses seluruh masyarakat Yogya dan Jateng selatan terkait kondisi Gunung Merapi, di frekuensi 142.920 Mhz," ujar Kartono yang juga tinggal di Pakem Sleman ini.
Kartono menambahkan, bahwa dampak Gunung Merapi sudah bisa dipelajari dari kejadian beberapa tahun silam, dan anggota RAPI di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah melalui pelatihan dalam menggunakan kanal komunikasi melalui RPU.
Menurutnya belajar dari kejadian tahun 1994, ketika dampak Gunung Merapi merenggut banyak korban jiwa, saat ini antisipasi dengan early warning sedini mungkin. "Secara konkret sudah ditempatkan beberapa anggota RAPI di Bukit Turgo dan Kali Boyong, yang akan memantau menit ke menit kondisi sisi selatan Gunung Merapi. Dalam 1 bulan terakhir, relawan RAPI sudah rutin mengirim informasi baik melalui RPU atau berwujud foto dan video melalui media online tertutup," terangnya.
Di tempat yang sama, Edi Haryono, perancang RPU RAPI Lokal Sleman Utara, menambahkan informasi teknis terkait RPU,
"RPU sudah kami rancang di 4 bulan terakhir, setelah ada tambahan 1 RPU lagi yang berlokasi di Pandeyan Bantul, total ada 2 RPU, yang pertama berlokasi di Bukit Turgo. Kenapa ada 2 RPU? Antisipasi kondisi buruk jika kondisi RPU yang dekat Gunung Merapi harus dimatikan karena pemadaman listrik saat terjadi bencana. Maka bisa mengandalkan RPU yang di Pandeyan Bantul, tepatnya 1 area dengan Bukit Pathuk Gunungkidul," jelas Edi Haryono, yang sudah belasan tahun mendampingi banyak relawan di seputar Gunung Merapi dalam hal dukungan teknis RPU.
Edi menambahkan, saat ini sedang dibangun kerjasama lintas komunitas dan organisasi di sekeliling Gunung Merapi, sehingga kedalaman informasi dan pemanfaatan RPU untuk komunikasi bisa mewadahi banyak relawan di beberapa kabupaten di seputar gunung.
"Tujuan utamanya agar akurasi informasi yang disampaikan melalui RPU adalah informasi yang akurat dan sesuai fakta lapangan," imbuhnya.
RAPI Lokal Sleman Utara juga sudah bekerjasama dengan RAPI Lokal Sleman Timur dalam hal penyediaan relawan, terutama relawan komunikasi untuk antisipasi kondisi terburuk.
"Relawan dari RAPI Lokal Sleman Timur siap bekerjasama dengan RAPI Lokal Sleman Utara, dalam hal antisipasi kebencanaan dari ranah komunikasi. Ini sudah terkondisikan dalam tahun terakhir ini, baik dalam bentuk pelatihan, penugasan dan koordinasi rutin. Kami siap bantu demi masyarakat DIY dan sekitarnya," kata Tuki, Sekretaris RAPI Lokal Sleman Timur, didampingi Ketuanya, Anas Bimo Sudiyono.