KOMPAS.com - Lomba Makepung (kesenian atraksi pacuan kerbau khas Kabupaten Jembrana) kembali digelar di kawasan Pengambengan, Jembrana, Bali, Rabu (23/2/2022).
Jika Madura punya karapan sapi, Bali punya makepung. Dua tradisi yang serupa, tapi tidak sama dan menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur.
Makepung yang berarti berkejar-kejaran dalam bahasa Indonesia adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Makin lama, kegiatan yang awalnya iseng itu berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton wisatawan termasuk para turis asing.
Sekarang, makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja. Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak menjadi peserta atau sekadar suporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, kerbau yang diikutsertakan bisa lebih dari 300 pasang.
Makepung mulai dilombakan pada 1970-an. Kini, aturan dan kelengkapan dalam makepung ikut berubah. Misalnya, kerbau yang tadinya hanya seekor, sekarang menjadi sepasang. Kemudian, cikar atau gerobak untuk joki yang dulunya berukuran besar, kini diganti dengan yang lebih kecil.
Selanjutnya, kerbau peserta makepung, sekarang juga lebih ”modis” dengan berbagai macam hiasan berupa mahkota yang dipasang di kepala kerbau dan bendera hijau atau merah di masing-masing cikar. Sementara, arena makepung berupa track tanah berbentuk ”U” sepanjang 1–2 km.
Berbeda dengan karapan sapi Madura ataupun tradisi yang bersifat perlombaan lainnya, makepung mempunyai aturan yang sedikit unik. Pemenang lomba ini bukan hanya ditentukan dari siapa atau pasangan kerbau mana yang berhasil mencapai garis finis untuk pertama kali saja, tetapi juga ditentukan dari jarak antar-peserta yang sedang bertanding.
Penggemar dan peserta makepung di Jembrana terbagi menjadi dua kelompok yang dikenal dengan nama Blok Barat dan Blok Timur. Pembagian blok ini berdasarkan aliran Sungai Ijo Gading yang membelah Negara, ibu kota Kabupaten Jembrana.
Kedua blok akan bertemu dalam perlombaan resmi setiap dua minggu sekali. Dan, masing-masing blok mempunyai sirkuit sendiri yang kerap digunakan sebagai lokasi berlatih ataupun lomba yang bersifat resmi.
Hal unik yang menjadikan makepung sebuah tontonan seru dan menarik adalah ekspresi seorang joki yang berada di atas cikar dan sedang memberi semangat kedua kerbaunya dengan meneriakkan yel-yel daerahnya masing-masing.
Sang joki memecut kerbau dengan sebuah tongkat selama berpacu di atas lintasan selebar 2 meter untuk bisa mencapai kecepatan maksimal. Beberapa joki juga menggunakan tongkat khusus yang ditempeli paku-paku kecil. Jadi tidak mengherankan bila kerbau yang bertanding berdarah-darah setelah mengikuti lomba ini.
Untuk menyaksikan tradisi ini, kita tidak perlu membayar apa-apa.
Serunya, dalam setiap lomba hampir selalu ada joki yang gagal mengendalikan kerbaunya. Hal ini kerap terjadi saat ada peserta yang akan menyalip peserta lainnya. Dan, saat kerbau lepas kendali, ia pun akan keluar lintasan dan akhirnya terperosok ke petakan sawah ataupun terbalik.